Jumat, 30 Oktober 2009

WELCOME DRINK Oktober-November


Dearest Lamprozerss…

Saat ini kita sudah melangkah memasuki quarter terakhir di tahun 2009. Dengan waktu yang bergulir sedemikian cepat, kita kembali diingatkan akan salah satu tujuan terbesar kita sebagai pemuda/i Kristen yaitu untuk menjadi semakin serupa dengan Tuhan. Dasar dari proses pertumbuhan iman kita ini sangat ditentukan oleh kedekatan hubungan kita sehari-hari dengan Tuhan. Karenanya dalam proses ini kita perlu mempunyai kerinduan dan usaha nyata untuk ’memburu’ Tuhan. Membaca frase tersebut menyiratkan seakan-akan Tuhan berlari dari kita sehingga perlu kita kejar. Kenyataan yang terjadi sebenarnya sebaliknya. Bukan Tuhan yang menjauh dari kita, tetapi kita yang sering kali menjauh dariNya. Karenanya perlu kesadaran dari kita untuk merespon panggilan Tuhan, membukakan pintu ketika Tuhan mengetuk. Seperti dua sisi mata uang, pertumbuhan rohani membutuhkan 100% anugerah Tuhan dan 100% kerja keras manusia.

Sekalipun saat ini Divisi RnD perusahaan makanan sudah menghasilkan berbagai makanan instan seperti mie, bubur, susu, kopi instan, yang namanya keberhasilan dalam pertumbuhan kerohanian tetap tidak akan ada yang instan karena pertumbuhan itu sendiri merupakan suatu proses. Divisi RnD Kerajaan Surga sepertinya memang tidak akan tertarik untuk ikut arus jaman yang serba instan ini.^^ Mengingat pentingnya dasar kehidupan kekristenan kita ini, maka mari simak edisi lampros kali ini yang mengambil tema: Finding God. Setiap hari dalam hidup kita adalah momen untuk menemukan Tuhan dalam segala peristiwa yang kita alami. Hanya dengan cara itulah kita bisa bertumbuh. Selamat mencari dan menemukanNya!


(by: RSL)

Finding God and Knowing God


By: Pnt. Hendy Suwandi S.Th

Topik artikel Lampros edisi terbitan kali ini adalah “Menemukan Allah dan mengenal Allah”. Penulisan artikel kali ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan bahwa banyak pemuda-pemudi yang mengaku dirinya orang Kristen namun tidak mendasari ibadah dan pelayanannya dengan hubungan pribadi yang erat dengan Tuhan serta memiliki pengenalan yang sangat dangkal terhadap Tuhan. Hal ini bukan hanya menyebabkan pelayanan yang “flat” (datar), atau suam-suam kuku (dingin tidak, panas juga tidak) atau tidak bersemangat, namun juga dapat berpotensi untuk mudah diombang-ambingkan dengan berbagai macam rupa kepercayaan dan ajaran palsu dunia ini dan ditarik ke dalamnya.

Untuk mempermudah pemahaman kita mengenai topik tersebut di atas, maka terlebih dahulu akan dibahas topik tentang “mengenal Allah” lalu kemudian topik tentang “menemukan Allah”, dan hubungan di antara keduanya sebagai penutup.

“Mengenal Allah”

Di dalam Perjanjian Baru kita mengenal seorang tokoh bernama rasul Paulus. Ia dikenal sebagai seorang rasul yang paling banyak melakukan perjalanan misi dan pekabaran Injil, serta mendirikan jemaat-jemaat baru di daerah-daerah yang dilaluinya. Ia juga dikenal sebagai rasul yang paling banyak menulis surat, baik kepada jemaat-jemaat (Roma, Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika) maupun kepada perseorangan (Timotius, Titus, Filemon). Selain itu rasul Paulus dikenal sebagai seorang yang memiliki pengetahuan teologi yang sangat dalam, dan hal itu nampak di dalam surat-surat yang ditulisnya, khususnya surat Roma. Walaupun demikian, ia pernah berkata di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia … .” (Filipi 3:10).

Kata “mengenal” (Bahasa Yunani: ginosko) hampir selalu menunjuk pada pengenalan pribadi. Artinya bukan hanya pengetahuan intelektual, pengetahuan akan fakta-fakta, bahkan prinsip-prinsip tertentu. Itu adalah pengenalan pribadi tentang orang lain. Kita dapat melihat kedalaman makna kata ini berdasarkan pemakaiannya di dalam Perjanjian Lama. Perjanjian Lama menggunakan kata “mengenal” (Bahasa Ibrani: yada) untuk mengartikan hubungan seksual. “Kemudian manusia itu [Adam] mengenal [1]Hawa, istrinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain” (Kejadian 4:1). Kata itu berarti pengenalan yang paling intim terhadap orang lain. Keinginan Paulus bukanlah mengenal tentang Dia, melainkan mengenal Dia secara pribadi.

“Mengenal tentang Allah” dan “mengenal Allah” adalah dua perkara yang sama-sama penting. Orang yang “mengenal tentang Allah” (atau dengan kata lain: “memiliki pengetahuan tentang Allah”) sepatutnya “mengenal Allah” (atau dengan kata lain: “memiliki kedekatan dengan Allah”), demikian pula sebaliknya, orang yang “mengenal Allah” sepatutnya juga “mengenal tentang Allah”. Mengenal tentang Allah” itu bersifat doktrinal dan intelektual, sedangkan “mengenal Allah” itu bersifat personal dan relasional.

Walaupun keduanya sama-sama penting, namun “mengenal Allah” itu lebih bernilai ketimbang “mengenal tentang Allah”. Di dalam buku karyanya berjudul Knowing God (Mengenal Allah), J. I. Packer menulis sebuah kalimat berikut: “A little knowledge of God worth more than a great deal of knowledge about him.”[2] (Sedikit pengenalan akan Allah itu lebih berharga daripada sejumlah besar pengetahuan tentang Allah.) Atau dengan kata lain: sedikit “mengenal Allah” itu lebih berharga daripada banyak “mengetahui tentang Allah.” Mengapa demikian? Karena seseorang dapat memahami banyak hal tentang Allah maupun kehidupan yang saleh tanpa harus terlebih dahulu memiliki pengetahuan yang begitu banyak tentang Allah, atau memiliki kapasitas untuk berpikir dengan jelas dan berbicara dengan baik tentang tema-tema kekristenan. Sebaliknya, seorang bisa jadi tahu begitu banyak “informasi” tentang Allah, “pakar” dalam bidang teologi, namun sebenarnya ia tidak “mengenal Allah”, tidak menjalin hubungan yang erat dengan Allah.

Mungkin ilustrasi sederhana untuk mempermudah pemahaman kita tentang pokok pikiran di atas adalah demikian: Seorang tidaklah harus terlebih dahulu mendalami informasi tentang sang presiden bila ingin mengenal presiden dengan lebih erat, namun cukup bertemu dengan sang presiden dan menjalin hubungan dengannya. Seorang yang pernah, walaupun baru sekali saja, bertemu dan menjalin hubungan pribadi dengan sang presiden, akan memiliki pengenalan yang lebih dalam ketimbang orang yang banyak tahu informasi tentang presiden namun belum pernah bertemu, apalagi menjalin hubungan pribadi dengannya.

Bayangkanlah bahwa diri Anda adalah seorang presiden. Jikalau di dalam negara yang Anda pimpin, ada begitu banyak warga negara Anda yang rindu untuk “mengenal Anda” lebih dalam, ingin menjalin hubungan pribadi yang erat dengan Anda sebagai seorang presiden, bukankah hal itu akan menyenangkan Anda? Demikian pula dengan TUHAN. Ia pernah menyatakan bahwa pemahaman dan pengenalan akan TUHAN itu sungguh disukai oleh-Nya.

“Beginilah firman TUHAN: ‘Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN’.” (Yeremia 9:23-24)

Dengan siapa kita bergaul erat, dengan siapa kita menjalin hubungan, pasti akan membawa dampak tertentu bagi diri kita. Bila kita berada di dalam pergaulan yang baik, maka hal itu berdampak baik dalam kehidupan kita. Sebaliknya, bila kita berada di dalam pergaulan yang buruk, maka itu membuahkan yang buruk bagi kita. Rasul Paulus sendiri pernah memberikan dua buah peringatan tentang pergaulan kepada jemaat Korintus sebagai berikut:

“Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara [saudara seiman!], adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.” (1 Korintus 5:11). Makan itu menunjukkan persekutuan.

“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33).

Demikian pula halnya dengan pengenalan akan Allah. Bila kita bergaul dengan Tuhan, menjalin hubungan yang erat dengan Allah, hal itu tentu akan membawa dampak yang baik di dalam kehidupan orang yang mengenal Allah. Dari berbagai sudut pandang berbeda terdapat beberapa bagian Alkitab yang menyatakan dampak pengenalan akan Allah atas orang-orang yang mengenal Dia.


(1) Orang-orang yang mengenal Allah memiliki ketaatan yang besar kepada Allah. Firman Tuhan berulang kali menyebutkan bahwa tanda seseorang mengenal Allah adalah ia menuruti perintah-perintah Allah dan tidak mau berbuat dosa, karena Allah menghendaki ketaatan dan kekudusan. “Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.” (1 Yohanes 2:3) “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.” (1 Yohanes 2:4) “Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.” (1 Yohanes 3:6). Di tengah-tengah bangsa yang tidak mengenal Allah, Daniel melakukan firman Allah. Di dalam Alkitab dicatat tentang kesaksian hidupnya bahwa di dalam kehidupan Daniel “tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya.” (Daniel 6:5). Orang yang memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Tuhan akan berhati-hati di dalam pikiran, perkataan, dan perbuatannya. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki relasi pribadi dengan Tuhan cenderung sembarangan bersikap dan berperilaku di dalam hidup ini.


(2) Orang-orang yang mengenal Allah memiliki kasih yang besar kepada sesama manusia. Firman Tuhan dengan sangat jelas berkata: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8)“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.” (1 Yohanes 4:7) Kata “kasih” (Yunani: agape) dan “mengasihi” (Yunani: agapao) yang dipakai di dalam ayat-ayat tersebut mengandung makna kasih Allah, yaitu kasih “walaupun”, kasih yang mau mengampuni dan rela berkorban. Seorang yang memiliki ikatan erat dengan Allah akan mau dan rela mengasihi sesama manusia, bahkan yang jahat sekalipun, sebagaimana Allah telah mengasihi manusia. Hal ini juga mendorongnya untuk terlibat dalam pelayanan. Sebaliknya, orang yang tidak mengenal Allah itu cenderung hanya mengasihi orang yang mengasihinya (bandingkan dengan Matius 5:43-47) dan melayani diri sendiri.


(3) Orang-orang yang mengenal Allah memiliki damai sejahtera sejati di dalam Allah. Walaupun mengalami berbagai macam pergumulan di dalam kehidupannya, Paulus pernah berkata, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:38-39) Orang yang mengenal Allah memiliki damai sejahtera sejati yang tidak bandingannya di dunia ini, baik di dalam hidup ini maupun saat menghadapi kematian, bahkan sampai selamanya, karena hubungannya yang erat dengan Allah menjamin perkenanan Allah atasnya. Sebaliknya, orang yang tidak mengenal Allah, hidupnya diwarnai dengan kekuatiran dan ketakutan, apalagi ketika menghadapi kematian.


(4) Orang-orang yang mengenal Allah memiliki pandangan iman yang besar akan Allah. Di dalam doanya Daniel pernah mengatakan kalimat demikian: “Terpujilah nama Allah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebab dari pada Dialah hikmat dan kekuatan! Dia mengubah saat dan waktu, Dia memecat raja dan mengangkat raja, Dia memberi hikmat kepada orang bijaksana dan pengetahuan kepada orang yang berpengertian; Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya.” (Daniel 2:20-22) Pandangannya yang agung tentang Allah juga terungkap di dalam doanya yang lain sebagai berikut: “Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu! … Ya Tuhan, Engkaulah yang benar … Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan … TUHAN, Allah kami, adalah adil dalam segala perbuatan yang dilakukan-Nya.” (Daniel 9:4, 7, 9, 14) Sebagaimana Daniel, orang yang mengenal Allah akan memiliki pandangan iman yang besar akan Allah (kekudusan-Nya, keagungan-Nya, kesempurnaan-Nya, kesetiaan-Nya, dan sebagainya), yang biasanya terungkap di dalam doanya kepada Allah. Hal ini juga membuatnya tetap hidup rendah hati, bersandar, dan hormat kepada Allah. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki hubungan yang erat dengan Allah cenderung memiliki pandangan iman yang sempit (misalnya: Allah itu hanya tempat untuk meminta sesuatu), sehingga ia hidup dengan angkuh (ia jadi “majikan”, Tuhan jadi “hamba”), atau “mendua hati” (mengikuti Allah dan ilah), atau “mendua dunia” (memisahkan antara urusan “rohani” dan “sekuler” dalam kehidupan sehari-hari).


(5) Orang-orang yang mengenal Allah memiliki keberanian yang besar untuk setia kepada Allah. Ketika Hananya, Misael, dan Azarya (atau Sadrakh, Mesakh, Abednego - Daniel 1:6-7) diperhadapkan dengan hukuman mati dibakar hidup-hidup dalam perapian yang menyala-nyala akibat tidak menyembah patung yang didirikan oleh raja Nebukadnezar, mereka berkata, “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:17-18) Tatkala Petrus dan Yohanes diinterogasi di hadapan Mahkamah Agama Yahudi tentang kegiatan pengajaran mereka dalam nama Yesus, mereka berkata, “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kisah Para Rasul :29) Rasul Paulus pernah berkata, “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” (Kisah Para Rasul 20:24) Orang yang mengenal Allah tidak ragu-ragu dan berani untuk tetap setia kepada Allah, berkobar dalam pelayanan, apapun resikonya, di dalam masa pencobaan, penindasan, maupun penganiayaan. Sebaliknya orang yang tidak memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan itu gampang mundur dalam mengikut Tuhan, dalam ibadah, dalam pelayanan, dalam persekutuan dengan saudara seiman. Jangankan oleh karena pencobaan, penindasan, maupun penganiayaan, namun hanya oleh karena kekecewaan, kekuatiran, tipu daya dunia ini, bahkan masalah sepele, ia bisa meninggalkan Tuhan.


(6) Orang-orang yang mengenal Allah memiliki kekuatan kehendak yang besar untuk menegakkan kebenaran dan kehormatan nama Allah. Di dalam salah satu pasal nubuat dalam kitab Daniel disebutkan: “…umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.” (Daniel 11:32) Ayat tersebut didahului dengan kata “tetapi” dan ditempatkan sebagai kontras terhadap kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang melawan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengenal Allah itu adalah reaksi mereka terhadap kecenderungan sikap “anti terhadap Allah” yang mereka lihat berlaku di sekitar mereka. Ketika mereka merasakan bahwa kebenaran dan kehormatan Allah itu diabaikan, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, mereka tidak bisa tinggal diam untuk tidak berbuat sesuatu. Di dalam situasi demikian mereka akan berdoa kepada Allah perihal ketidaksalehan dan kemurtadan yang terjadi di sekitar mereka, sambil mengambil sikap umum melawan ketidak-salehan dan kemurtadan dengan cara tetap hidup saleh menuruti firman Tuhan. Sebagai contoh, tatkala Daniel mendengar bahwa telah dibuat surat perintah yang tidak memperbolehkan seorang pun berdoa kepada Allah dalam waktu satu bulan, Daniel tetap berdoa tiga kali sehari seperti yang biasa dilakukannya, bahkan bukan di tempat yang tersembunyi (agar tidak ketahuan orang lain) namun di tempat biasanya ia berdoa. (Daniel 6:10-11) Sebaliknya, orang yang tidak menjalin hubungan yang erat dengan Allah, mustahil akan melakukan “pembelaan” kebenaran dan kehormatan nama Allah. Orang yang tidak mengenal Allah justru malah cenderung terjerumus ke dalam ketidaksalehan dan kemurtadan (berbalik dari Allah dan meninggalkan-Nya). Orang yang tidak mengenal Allah sangat berpotensi untuk mengalami kebinasaan, sebagaimana tertulis: “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah” (Hosea 4:6).


“Menemukan Allah”

Agar kita dapat “mengenal” Allah, maka diperlukan usaha “menemukan Allah”. “Menemukan Allah” tidak didapatkan begitu saja tanpa usaha apa pun, seperti seseorang yang tanpa disangka-sangka mendapatkan “uang kaget” atau “hadiah kejutan”. Dan supaya kita dapat menemukan Allah, ada beberapa langkah yang harus dilakukan:

Yang pertama, kita harus menyadari betapa kita ini miskin pengetahuan tentang Allah dan pengenalan akan Allah. Tanpa kesadaran ini kita tidak akan mempunyai niat/hasrat untuk menemukan Allah, apalagi mengenal Allah.

Yang kedua, kita harus “mencari Allah”. Di dalam Alkitab perintah untuk “mencari TUHAN” diberikan berulang kali. “Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!” (1 Tawarikh 16:11; Mazmur 105:4) “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yesaya 55:6) TUHAN sendiri juga menjanjikan kehidupan bagi orang yang mencari Dia. “Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: ‘Carilah Aku, maka kamu akan hidup!’” (Amos 5:4). “Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup” (Amos 5:6)

Tuhan Yesus pernah berkata, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Matius 7:7-8; Lukas 11:9-10) Konteks dari ayat-ayat tersebut berbicara tentang jaminan jawaban Tuhan atas setiap doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Bila Tuhan menjamin bahwa setiap usaha doa kepada Allah itu tidak sia-sia (pasti ada jawabannya), apalagi usaha untuk mencari dan mendapatkan Allah. TUHAN sendiri pernah berjanji: “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati.” (Yeremia 29:13) Dan sungguh merupakan suatu kasih karunia dari TUHAN apabila kita dapat “menemukan” TUHAN, sebab Ia sendiri pernah berkata, “Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN” (Yeremia 29:14a).

Selanjutnya yang menjadi pertanyaan penting adalah, apakah artinya “Mencari TUHAN” itu? “Mencari TUHAN” berarti berusaha bertemu [secara rohani] dengan Tuhan melalui (1) ibadah/penyembahan kepada Tuhan, baik ibadah pribadi maupun ibadah kelompok bersama saudara-saudara seiman, untuk bersyukur kepada Tuhan dan memuliakan nama Tuhan, serta melalui (2) pembacaan dan perenungan firman Tuhan untuk mengetahui kehendak Tuhan [agar dapat menjalankan kehidupan yang benar di mata Tuhan] dan mendapatkan kebenaran yang dinyatakan oleh Tuhan tentang diri-Nya [agar dapat lebih mengenal Tuhan].

Selanjutnya, setelah kita “mencari Tuhan”, maka ada beberapa langkah berikutnya yang juga harus dilakukan agar kita dapat mengenal Allah, yaitu:

1. Menerima dan menaati apa yang diartikan oleh Roh Kudus atas firman Tuhan guna penerapan pribadi dalam hidup kita.

2. Menaruh minat terhadap karakter Allah yang dinyatakan melalui perkataan dan perbuatan Tuhan dalam Alkitab (supaya kita juga bertumbuh makin serupa dengan karakter Allah di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus).

3. Menerima undangan yang diberikan Tuhan dan melakukan apa yang diperintahkan oleh-Nya.

4. Menyadari dan bersukacita atas kasih yang telah ditunjukkan oleh Allah sehingga kita boleh bersekutu dengan Dia.

Penutup

Di dalam paragraf awal artikel ini terdapat pernyataan yang pernah dikemukakan oleh Rasul Paulus: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia … .” (Filipi 3:10). Surat kepada jemaat di Filipi ditulis oleh rasul Paulus saat ia dipenjara dalam sebuah tempat tahanan yang kecil, pengap, dan lembab, oleh karena memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus. Walaupun di dalam keadaan seperti itu, Paulus menyatakan kerinduannya untuk mengenal Allah lebih dalam.

Apabila dibandingkan dengan hidup dan karya Paulus di dalam hidupnya sebagai orang Kristen itu, sangatlah mungkin bahwa kita tidak ada apa-apanya. Bila Paulus yang notabene berpengetahuan teologi sangat dalam dan melayani Tuhan dengan luar biasa itu saja memiliki kehendak yang begitu besar untuk mengenal Allah, bahkan di dalam penderitaan di penjara sekalipun, maka semestinya kita sebagai orang Kristen itu seharusnya malu bila tidak memiliki kemauan yang sama dengan Paulus tersebut. Alangkah memprihatinkan bila kita mengaku diri sebagai orang Kristen, namun tidak merasa perlu untuk mengenal Tuhan!


[1]Di dalam Alkitab Bahasa Indonesia versi Terjemahan Baru (ITB - 1974) maupun Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS – 1985) dipakai kata ”bersetubuh dengan”. Di dalam Alkitab versi Today's English, edisi kedua (1992) dipakai kata “had intercourse with” (= bersetubuh dengan); sedangkan di dalam Alkitab versi King James dipakai kata “knew” (= mengenal).

[2] J. I Packer, Knowing God (Downers Grove, Illinois: InterVarsity Press, 1973, cet. 1993), hal. 26.

MenemukanNya

Hari ini…

Momen untuk melihat

Bentangan biru kanvas langit tak bertepi

Awan-awan cirus ‘berbulu domba’ nan putih

Berarak lembut perlahan tertiup angin

Berkilau keemasan tertempa mentari


Hari ini....

Moment untuk mendengar

Kicauan burung-burung yang berdendang

Gemerisik dedaunan berdesau merdu

Mengalir lembut tertiup angin

Mengalunkan melodi alam nan syahdu


Hari ini...

Moment untuk melihat

Wajah-wajah keriput dan sendu

Penuh beban berat dan aura kemiskinan

Berbalut baju-baju kumal dan rombeng

Duduk di tepi jalan menadahkan tangan


Hari ini...

Moment untuk mendengar

Suara rengekan anak jalanan

Kecrekan tutup botol yang berdenting

Pekak klakson di tengah kemacetan

Nyanyian keluh kesah derita kehidupan


Hari ini...

Moment untuk melihat

Ceria di wajahNya menjelma di alam ciptaNya

Binar di mataNya melihat sukacita umatNya

Duka di wajahNya memandang derita anak-anakNya

Tetesan air mataNya di hati mereka yang gersang


Hari ini..

Moment untuk mendengar

SuaraNya yang bergema melalui nyanyian laut

TawaNya yang mengalir seiring hujan berkatNya

TangisNya yang pilu bersama mereka yang terlupa

RintihanNya ditengah kesunyian hati mereka


Hari ini.....

Moment untuk melihat, mendengar dan merasa

KehadiranNya di setiap ayunan langkah,

hembusan nafas dan debar jantung

Moment untuk mengenalNya

Lebih dalam lagi...

Moment untuk mengasihiNya

Lebih sungguh lagi

Moment untuk menemukanNya

Berulang-ulang..


(By: Rucita Sapphira Lazuardi)

PETAK UMPET DAN PADANG GURUN

Ditemukan oleh Allah di dalam petak umpet & Menemukan Allah di gersangnya Padang Gurun


Part 1.

Petak umpet

Petak umpet adalah permainan yang sederhana. Satu orang mencari, yang lain bersembunyi. Sesuai dengan namanya, permainan ini paling menyenangkan bagi mereka yang bersembunyi. Ketika kita bersembunyi, kita memilih ke mana kita pergi. Ketika kita bersembunyi, kita tetap bisa membuka mata kita. Mereka yang bersembunyi memegang kendali. Semua orang ingin bersembunyi.

Pekerjaan yang paling sulit adalah menjadi orang yang mencari. Si pencari dengan sengaja membiarkan mereka yang bersembunyi pergi menjauh. Si pencari menempatkan dirinya di posisi bersahaja untuk mencari dan terus mencari orang-orang yang secara sengaja menjauhi dan menertawakannya. Tidak ada seorang pun yang mau menjadi pencari.


Orang yang mencaripun bahkan tidak memiliki titel. Dalam permainan yang lain, pemain yang penting setidaknya memiliki nama yang bagus-pemain tengah, pelempar, penjaga gawang. Orang yang mencari secara sederhana disebut IT (dalam bahasa inggris IT adalah kata ganti ketiga tunggal untuk benda). Bukan kapten IT, bukan eksekutif kepala IT, hanya IT. Nyatanya, seruan yang memadai untuk memulai permainan tersebut secara sederhana adalah, ”Bukan IT.”


Siapa pun yang menjadi IT harus sangar sabar. IT akan mencari untuk waktu yang lama dan sukar. IT harus menghadapi pengelakan dan penipuan. Di akhir permainan jika seseorang terlalu pintar bersembunyi, IT akan meneriakkan kata-kata yang mengakhiri permainan. IT akan berteriak: ”Olly-olly-oxen-free!” Tidak ada seorangpun yang tahu dari mana nyanyian ini berasal dan apa arti sebenarnya (Mungkin dari bahasa latin, artinya, ”Bebaskan lembu jantan’?). Namun orang yang bersembunyi tahu artinya. Anda dapat pulang. Anda selamat. Anda tidak akan dikejar atau disakiti atau dihukum. Anda dapat kembali seperti anak yang hilang pulang ke rumah. Berhenti bersembunyi. Pulang. Ini adalah seruan anugerah.


Kisah Allah dan umat manusia adalah kisah permainan petak umpet. Hanya terkadang kita menjadi bingung siapa yang menjadi IT. Sebuah stiker bumper mobil yang sempat populer di beberapa kalangan gereja menyatakan, : Aku menemukannya ( I found it) Dalam pengertian teologis yang ketat, slogan tersebut terbalik. Yang benar adalah IA menemukanku (IT found me).


Dalam perjalanan rohani, sering kali sebagian dari kita merasa bahwa dirinya adalah si pencari. Kita bertanya membaca buku, menghadiri kelas-kelas, mencari kebenaran yang sering kali nampak sukar dipahami. Kita mencari Allah. Para penulis mempercayai ini: ”Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku, apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, ”Allah berkata.

Namun itu bukanlah keseluruhan cerita. Saya bukanlah hanya seorang pencari. Saya juga adalah orang yang bersembunyi. Anda juga, Penyembunyian adalah respon pertama dari kesadaran bahwa saya berdosa seperti ditulis oleh Francis Thompson dalam sebuah puisi berikut yang luar biasa,


”The Hound of Heaven”:


Aku meninggalkannya,

sepanjang malam dan sepanjang hari;

Aku meninggalkannya,

sepanjang jalan dalam tahun-tahun;

Aku meninggalkannya,

sepanjang jalan pikiranku yang membingungkan;

Dan di tengah kabut air mata

aku bersembunyi dariNya

Dan di tengah tawa pelarian.

Pada harapan-harapan yang tampak aku berlari…

Lari dari Kaki kuat yang mengikutiku,

Mengikuti di belakangku.

Namun dalam pengejaran yang tidak tergesa-gesa

Dengan langkah yang tak gentar,

Tenang, agung mulia,

Kaki-kaki itu berdentam-

dan sebuah Suara mengguruh

Lebih cepat dari Kaki-

“Semuanya mengkhianati engkau

yang telah mengkhianati-Ku!

Berhenti olehku langkah kaki itu;

Apakah kesuramanku, bagaimanapun juga,

Bayangan tangan-Nya, yang terulur lembut membelai?

”Ah, tercinta, terbuta, terlemah,

Akulah Dia yang kau cari
Engkau merindukan kasih dari-Ku

yang merindukan engkau.”


Kepada semua yang ingin bersembunyi, yang ingin dicari, yang bingung bila ditemukan, Allah telah berbicara melalui Yesus Kristus, ”Olly-olly oxen free, ” Allah berkata. Keluarlah, keluarlah di manapun engkau. Waktu untuk bersembunyi telah habis. Waktu untuk pulang ke rumah telah tiba. Tidak ada denda, tidak ada hukuman, tidak akan ditangkap, hanya pulanglah ke rumah. Percayailah Aku.”

Kepada semua yang telah terlalu pintar dan terlalu lama bersembunyi, Allah mengatakan, ” Ketemu, nak! Pulanglah”



Part 2.

Padang Gurun

Beginilah peristiwa selanjutnya yang terjadi setelah kita keluar dari persembunyian kita.

Ketika kita pertama kali menjadi seorang Kristen Allah sering memberi anugerah keinginan rohani yang murni. Anda memiliki nafsu yang besar untuk lebih mengenal Allah. Anda mendapati diri Anda rindu untuk berdoa. Anda ingin sekali membaca Alkitab, dan merasa seolah-olah Allah sedang berbicara langsung kepada Anda melaluinya. Anda mendapati diri Anda tidak ingin berdosa. Hal-hal yang biasanya menggoda tampaknya telah kehilangan pegangannya pada Anda. Hati Anda lembut terhadap Allah dan orang-orang.


Bagi kebanyakan kita hidup tidak berjalan lurus seperti itu. Sesuatu yang tadinya mudah, sederhana, dan menyenangkan sekarang telah berubah menadi sulit dan menguras tenaga. Anda mendapati diri Anda tidak ingin berdoa. Anda tidak berdoa sesering dulu, dan ketika melakukannya Anda kehilangan rasa menyenangkan yang dulu. Sulit untuk merasakan kehadiran Allah. Alkitab terasa menjemukan. Anda mendapati diri Anda dipenuhi keraguan dan kebingungan. Anda sedang mengalami kekeringan rohani. Anda memasuki padang gurun.


Namun justru dalam masa lembah seperti itulah dan bukan pada masa puncak, ciptaanNya akan bertumbuh menjadi ciptaan yang Ia inginkan. Karena itulah doa-doa yang dinaikkan dalam keadaan kering adalah doa-doa yang paling menyenangkan hatiNya.


Akan menyenangkan bila padang gurun adalah pengalaman yang hanya terjadi satu kali seperti vaksinasi cacar atau dicabutnya gigi geraham bungsu. Namun padang gurun adalah tempat ke mana kita akan kembali dan kembali lagi. Padang gurun datang ketika kita kesepian atau lelah atau tergoda. Padang gurun adalah tempat di mana Anda belajar taat ketika taat bukan lagi merupakan hal yang mudah. Padang gurun adalah tempat di mana saya belajar untuk mengharapkan dan merasakan kasih Allah. Padang gurun adalah tempat di mana kita belajar untuk menemukanNya.


Frederick Buechner menulis tentang bagaimana padang gurun dapat menjadi tempat bagi kasih Allah:


Ketika yang terburuk terjadi, atau hampir terjadi, suatu kedamaian datang. Aku telah berjalan melewati dukacita, melewati teror, semua, kecuali harapan, dan di sanalah di hutan belantara itu, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku melihat sesuatu yang menunjukkan seperti apa seharusnya mengasihi Allah dengan benar. Ini hanyalah pandangan sekilas, namun bagaikan menemukan oase di padang gurun secara kebetulan.. Aku mengasihiNya karena tidak ada apa-apa lagi yang tertinggal. Aku mengasihiNya karena tampaknya Ia telah membuat diriNya menjadi tak berdaya dalam kuasaNya sebagaimana aku dalam ketidak-berdayaanku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku mengerti seperti apa seharusnya mengasihi Allah dengan benar, untuk menyenangkan-Nya, mengasihiNya- tidak peduli apapun.”


-Dalam pencarian di padang gurun inilah kita belajar untuk mengasihiNya bukan hanya karena pemberianNya tetapi karena Siapa Dia sesungguhnya.-



MEMANDANG KE ANGKASA


Belakangan ini saya banyak berpikir tentang alam semesta dan seluruh jagad raya. Setelah membaca beberapa prosa melankolis Chet Raymo (Starry Nights, The Soul of the Night), saya mulai menjulurkan kepala saya ke atas dalam berbagai sudut ganjil setiap saya menemukan langit gelap. Namun karena saya tinggal di Chicago, pada umumnya yang saya lihat adalah bulan, Venus, dan jalur penerbangan ke Bandara O’Hare, dan harus percaya saja pada ucapan Raymo tentang apa yang ada di angkasa sana.

Mempelajari alam semesta tidak banyak gunanya untuk meningkatkan harga diri di bumi. Matahari kita yang cukup kuat untuk membuat kulit putih menjadi berwarna tembaga dan membujuk oksigen keluar dari setiap tumbuhan di bumi, peringkatnya relatif rendah dalam standar galaktika. Kalau bintang raksasa Antares berada di tempat matahari kita --93 mil dari bumi-- bumi akan berada di dalamnya! Dan matahari kita dan Antares hanya mewakili dua dari 500 milyar bintang yang berenang di angkasa luas dan sunyi Bima Sakti. Uang logam sepuluh sen yang dipegang dengan tangan terulur lurus di depan mata akan menutupi 15 juta bintang dari pandangan, kalau mata kita melihat dengan kekuatan seperti itu.

Dari belahan bumi utara, hanya ada satu galaksi lain, Andromeda, yang cukup besar dan cukup dekat ( hanya 2 juta tahun cahaya) yang bisa terlihat dengan mata telanjang. Andromeda sudah muncul dalam peta bintang jauh sebelum ditemukannya teleskop, dan sampai belum terlalu lama ini, tidak ada seorangpun tahu bahwa gumpalan cahaya kecil itu menandai keberadaan galaksi lain yang ukurannya dua kali Bima Sakti dan menjadi rumah bagi setengah trilyun bintang. Atau bahwa tetangga sebelah rumah itu hanyalah dua dari 100 milyar galaksi serupa yang dipenuhi bintang.

Salah satu alasan mengapa langit malam gelap, terlepas dari keberadaan begitu banyak benda-benda langit yang bercahaya, adalah karena galaksi-galaksi saling menjauhi dengan kecepatan yang mencengangkan. Besok beberapa galaksi akan berada 30 juta mil lebih jauh dari kita. Selama waktu yang diperlukan untuk mengetik kalimat ini, mereka mundur 5000 mil lagi.

Kemajuan manusia hampir bisa ditandai dengan melihat minat mereka dalam mengamati bintang. Setiap peradaban masa lalu --Inca, Moghul, China, Mesir, Yunani, Eropa Reinaissance-- membuat terobosan besar dalam astronomi. Ada ironi yang bekerja dalam sejarah manusia: Satu demi satu peradaban mendapat kapasitas untuk memahami betapa kecilnya diri mereka itu, kemudian gagal menyadari hal itu dan menghilang.

Bagaimana dengan kita, kita yang meluncurkan pesawat antariksa Viking dan Apollo, kita yang membuat observatorium Hubble yang mengorbit bumi dan teleskop-teleskop radio raksasa Very Large Array berjajar sepanjang 39 mil di gurun Mexico? Apakah prestasi kita membuat kita lebih rendah hati atau kurang? Lebih menyembah Tuhan atau kurang?

Chet Raymo yang tidur pada siang hari dan memandangi langit pada malam hari, hidup dengan perasaan takjub terus menerus, sebuah produk sampingan dari pekerjaan mengamati alam semesta. Ia menggambarkan bagaimana galaksi-galaksi yang memuai menunjuk balik pada Ledakan Besar penciptaan (Big Bang), dimana semua materi alam semesta menjadi ada dalam ledakan raksasa yang berlangsung satu detik. Ia mengakui benar-benar tidak terbayangkan kecilnya kemungkinan hal yang baik bisa muncul dari ledakan seperti itu.


”Jika satu detik setelah Ledakan Besar, rasio antara densitas alam semesta dengan tingkat pemuaiannya berbeda satu per 1015 saja dari nilai yang diperkirakan saat ini, maka alam semesta akan segera runtuh sendiri atau mengembang begitu cepat sampai galaksi dan bintang-bintang tidak bisa memadat dari materi awalnya.... Jika semua butiran pasir di seluruh pantai di dunia dianggap sebagai alam semesta—dan hanya satu dari butir-butir pasir itu yang memungkinkan untuk keberadaan makhluk cerdas, maka satu butir pasir itu adalah alam semesta yang kita huni.”

Dalam bukunya yang berjudul Alone, Richard Byrd menggambarkan kesendirian singkatnya selama 6 bulan di Antartika, dekat Kutub Selatan di mana ia menyaksikan berbagai hal di langit—seperti fenomena refraksi yang meluncurkan barisan warna menembus inti matahari- yang tidak bisa dilihat oleh siapapun di tempat lain di bumi. Setelah berjalan-jalan di pagi yang dingin (dengan suhu berada dibawah 890C dan malam selama 24 jam), Byrd duduk dan menulis tentang apa yang ia lihat saat memandangi bintang dalam sekian banyak acara jalan-jalan seperti itu.

Keyakinan datang bahwa irama ini terlalu teratur, terlalu harmonis, terlalu sempurna untuk hanya sebuah kebetulan- jadi, karena itulah, maka seharusnya pasti ada tujuan dalam keseluruhan ini, bahwa manusia adalah bagian dari keseluruhan itu dan bukan cabang yang muncul secara sengaja. Itu adalah perasaan yang melampaui rasio; yang menembus ke dalam pusat keputus-asaan manusia dan menemukannya tidak berdasar. Alam semesta adalah kosmos, bukan chaos; manusia adalah bagian dari kosmos itu, seperti juga siang dan malam”.

Diperlukan usaha besar dan iman yang tidak kecil untuk mempertahankan Gambar Besar di pikiran. Dalam beberapa hal, alam semesta membuat saya merasa benar-benar tidak berarti, tetapi dalam beberapa hal, membuat saya merasa memiliki arti abadi. Jika Tuhan yang merekayasa ciptaan dengan ketepatan sedemikian, mengaku menaruh lebih dari setitik minat pada apa yang terjadi dalam planet sebesar debu kecil ini, paling sedikit yang bisa saya lakukan adalah lebih sering menjauhi lampu-lampu jalanan dan memandang ke atas.



Nama-nama Allah

Dear lamprozers… Shakespeare berkata “Apa arti sebuah nama?” Betapa pentingnya nama bagi seseorang karena melambangkan harapan dari orangtua yang memberikan nama itu, melukiskan harapan karakter, pribadi bahkan profesi sang ayah atau asal-usul keluarga di mana ia dilahirkan.

Demikian juga Allah sebagai pribadi mempunyai nama yang dengan sendirinya Ia nyatakan kepada kita & nama-nama panggilan yang manusia berikan (gelar) untuk melukiskan siapa & seperti apa Allah itu. Sering kali kita menyebut kalimat… ya Allah atau ya illah… sadarkah kita akan perkataan itu & apa makna kita menyebut kata-kata itu? Pada zaman dahulu menyebut nama Allah adalah sesuatu yang amat sakral dan tidak boleh sembarangan. Bagaimana sekarang? Apakah kita juga memperlakukan Allah yang kita sembah dengan selayakNya nama yang disandangNya? Marilah kita melihat bagaiman Allah yang tidak terbatas menyatakan dirinya lewat nama-Nya. Semoga kita semakin lebih rindu mengenal siapa Allah itu…

Dari sekian nama, gelar, atau gambaran tentang Allah dalam PL ada tiga kata dasar utama, yakni ’el, ‘elohim, dan Yahweh (Yehovah). Adalah perlu dari awal memahami arti ketiga nama itu & hubungannya satu sama lain.


Nama-nama utama

El

El (‘el), dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris dipakai kata God atau god (‘Allah’ atau ‘Dewa’). Yang berarti suatu allah atau dewa dalam pengertian yang paling luas.

Elyon, El Elyon

‘El, ‘elyon, ‘Allah yang Mahatinggi, adalah gelar Allah seperti yang disembah oleh Melkisedek. Bentuk jamaknya dalam bahasa Aram adalah ‘elyonin. (kita Daniel). Dalam bahasa Ibrani sama artinya dengan ‘illaya (mis: Dan 4:17; 7:25)

Elohim

Meskipun dalam bentuk jamak, Elohim dapat dipakai sebagai bentuk tunggal yang berarti Allah Yang Mahatinggi. Penggunaan nama ini mengacu pada hubungannya dengan kosmik & semesta dunia (kej 1:1), karena hanya ada satu Allah Yang Mahatinggi dan benar, dan Ia adalah sang Pribadi; ‘elohim mendekati sifat kata benda nama diri, sedangkan kualitas abstrak dan konseptualnya tidak hilang.

Eloah

Kata ini (‘eloah) adalah bentuk tunggal dari ‘elohim dan mempunyai arti yang sama dengan ‘el. Dalam PL kata ini terutama sekali ditemukan dalam puisi (mis: Ul 32:15, 17; paling sering dalam kitab Ayub). Bahasa Aram yang sejajar dengan kata ini adalah ‘ellah.

Yahweh (Yehowa)

Kata Ibrani Yahweh kadang-kadang diterjemahkan Yehowa. Asal nama yang terakhir ini adalah karena naskah asli bahasa Ibran tidak membubuhkan tanda-tanda hruf hidup (vokal); Pada kurun waktu ‘tetragrammaton’ (4 huruf) YHWH dianggap teramat suci untuk diucapkan; jadi ‘adonay (Tuhan-ku) dipakai sebagai penggantinya bila membacakannya dan huruf-huruf hidup dari perkataan ini digabungkan dengan huruf mati YHWH sehingga terbentuklah ‘Yehowa’ (h) suatu bentuk yag pertama kalinya diperkenalkan pada permulaan abad 12 M

Yahweh Elohim

Kedua kata ini digabungkan dalam cerita kej 2:4 s/d kej 3, meskipun ‘elohim saja digunakan dalam percakapan antara Hawa & ular. Jika cerita mengenai Eden berhubungan dengan aslinya dalam bahasa Sumer, maka kemungkinan cerita itu telah dibawa oleh Abraham dari Ur, dan dengan demikian ada kemungkinan untuk menerangkan pemakaian nama in dalam kedua pasal tersebut, yang berbeda dari pasal-pasal sekitarnya

Hubungan kata-kata El, Elohim & Yahweh

Walaupun ketiga kata ini mengandung arti yang sama, namun konteks penggunaannya dalam sebuah kalimat mengartikan hal yang berbeda & tidak bisa dipertukarkan.


Nama-nama khusus yang mengandung ’El atau Yehovah

‘El’ Olam

Berarti Allah yang kekal atau Allah kekekalan (kej 21:33)-ketika Abraham menanam sebuah pohon tamariksa dan memanggil nama Tuhan (Yahweh) di sana.

‘El’ Elohe-Israel

Allah Israel (kej 33:20). Sebutan ini diberikan oleh Yakub ketika Ia mendirikan mezbah di Sikhem setelah ia bertemu dengan malaikat di tempat yang ia namai Pniel (peni-‘el yang berarti ‘muka Allah’ Kej 32:30). Jadi Ia menerima Israel sebagai namanya & taat beribadah lepada Allah.

Yehovah-yireh

Ketika malaikat Tuhan menunjukkan seekor domba jantan sebagai korban bakaran pengganti Ishak (Kej 22), Abraham menamai tempat itu Yahweh Yir’eh, yang berarti ‘Tuhan menyediakan’ (Ay 8, 14)

Yehovah-nissi

Sesudah mengalahkan orang-orang Amalek, Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya Yahweh nissi, yang berarti ‘TUHAN-lah panji-panjiku; ini bukan termasuk dalam nama-nama Allah, melainkan sebagai peringatan terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.

Yehovah-syalom

Ini adalah nama yang diberikan oleh Gideon kepada mezbah yang ia dirikan di Ofra, Yahweh Syalom yang berarti ‘TUHAN adalah keselamatan’ (Hak 6:24)

Yehovah-tsidqenu

Ini adalah nama yang dengannya Mesias akan dikenal, Yahweh tsidqenu, artinya ‘TUHAN keadilan kita’ (Yer 23:6; 33:16); bertentangan dengan raja Yehuda terakhir, yang tidak pantas memikul nama Zedekiah (tsidqiyahu yang berarti ‘TUHAN adalah keadilan’)

Yehovah-syamma

Nama ini diberikan kepada kota dalam penglihatan Yehezkiel, yang berarti ’TUHAN hadir di situ’ (Yeh 48:35)

Yahweh seba’ot

Berarti Tuhan semesta alam. Berbeda dari nama-nama sebelumnya, ini adalah gelar Allah. Nama ini tidak muncul dalam kelima kitab Pentateukh, pertama kali muncul di I Sam 1:3, nama yang dipakai oleh Daud waktu menghadapi Goliat & nyanyian kemenangan Daud menghadapi Goliat. Nama ini juga sering diucapkan dalam kitab Nabi-nabi (88 kali dalam Yeremia) dipakai untuk menunjukkan bahwa TUHAN setiap saat adalah Penyelamat & Pelindung bagi umat-Nya. Arti harafiah dari seba’ot ialah tentara.

Yahweh ‘elohe Yisra’el

Berarti Tuhan Allah Israel. Gelar Allah yang sering dipakai oleh para nabi.

Qedosy Yisra’el

Berarti Yang Mahakudus Allah Israel. Gelar Allah yang sangat digemari oleh nabi Yesaya, Yeremia dan kitab Mazmur. Yang agak sama dengan pengertian ini adalah netsakh Yisra’el (‘Sang Mulia dari Israel’) dan ‘abir Yisrae’el (‘Yang Mahakuat Pelindung Israel’)

Yang Lanjut usiaNya

Ini adalah gambaran (bhs Aram ‘attiq yomin) yang diberikan oleh Daniel, yang menggambarkan Allah dan takhta pengadilanNya, mengadili kerajaan dunia yang besar (Dan 7:9, 13, 22)


(by AT: Sumber: Ensiklopedia Alkitab Masa kini)

ALL ABOUT : FINDING GOD

Hai sobat lampros, selamat bertemu kembali di kolom All About Edisi October-November. Semoga damai sejahtera Tuhan selalu menyertai kita semua, sekalipun kita mungkin menghadapi masalah berat yang jawabannya tidak sesederhana yang kita pikirkan. Namun yang pasti, kita tidak perlu menghadapi masalah itu sendirian, karena ada teman-teman, keluarga kita dan yang terpenting adalah Allah kita yang Maha Besar Tuhan Yesus Kristus. Mengangkat wacana soal Finding God, berikut ini beberapa opini yang terlintas di benak teman-teman kita para Lamprozers


Finding God is wonderful treasure saat kita menemukan Tuhan, kita seperti menemukan harta karun yang paling berharga dalam hidup kita. Juga dengan menemukan dia sama dengan menemukan diri kita kembali.

-Amelia


Finding God: Membina hubungan yang intim/ akrab dengan Tuhan, mengenal Dia lebih lagi.

-Perry


Menurut gw itu adalah suatu pertobatan yang dilakukan oleh org yg dulunya meninggalkan Tuhan dan karena 1 lain hal dia kembali menemukan Tuhan dalam dirinya itu..

-David


Finding God is the very most most and the only prescious thing for human being...tapi sesuatu hal yang impossible dilakukan manusia sendiri…karena manusia ga bakal bisa ketemu Tuhan kecuali Tuhan yang berbesar hati mau nyamperin kita yang banyak bener dosanya.

-Venny


Buat kita yang sudah percaya, menurut gue artinya 'menjadi anaknya yag sesungguhnya'. seorang anak seharusnya memperlihatkan kemiripan dengan orang tuanya, secara fisik ataupun perilaku. Seperti kita yang mirip dengan ortu kita entah dari bentuk mata, tinggi badan, dll. Kita juga harus memiliki kemiripan dengan Bapa kita yang di sorga. Ga mungkin dari tinggi badan or maksa harus berjenggot, tapi kepribadian Bapa yang kita lihat melalui Yesus harus terlihat ada pada kita.

- Stella Mangowal


Finding God = nyari maonya Tuhan terus.. kalo istilah dlm alkitabnya, hati kita melekat pada Tuhan. uda ga nyari kehendak kita lagi. bahkan ga punya hak lagi atas hidup kita sendiri, karena semua hak kita serahin ke Tuhan.

-Ping-ping


Alkitab.Itu kata yg langsung terlintas. Yang kedua adalah He finds me, Yang ketiga adalah Grace. Mencari Tuhan sama dengan mencari Kebenaran Mutlak itu sendiri. Banyak yg bilang ga ada yg mutlak di dunia ini. G ga percaya itu. Tetap akan ada yg mutlak dan esensial dalam dunia ini, diakui atau tidak. Hanya satu yg mutlak yaitu Tuhan. Dan kita bisa yakin bahwa Dia tidak akan pernah berubah. Berangkat dari yang mutlak, baru kita bisa berkembang kemana-mana dalam segala hal.

-Gatot


Finding God : Mencari hadirat dan penyertaan Allah dalam kehidupan sehari-hari, memalingkan pandangan kita kepada hadirat-NYA yang telah lama kita lupakan. Seek his presence that we are longing for all eternity.

-Wen-wen


Finding God means to give your whole life to Thee.

-Michael


Finding God : Mengejar Tuhan mencari apa yang Dia mau, sampai ku tahu yang Dia mau..

-San-san


Finding God : Melukiskan kerinduan kita akan kehadiran Allah dalam keseharian kita. Dia adalah Allah yang selalu dekat, namun seringkali kita kurang peka sehingga tidak dapat menemukan DIA dalam penyamaranNya.

-Aster


Finding God : Melihat dan merasakan anugerah/mukjizat Tuhan.

-Apri


Finding God : Menjaga keselamatan yang Tuhan udah kasih, mengejar hadirat Tuhan.

-Yohanes


FINDING GOD, Menemukan Tuhan? Temukan dulu caranya di Matius 11:9.. hehehehehe…Selamat mencari Tuhan

-Siu chen


Finding God : Mencari kehendak atau rencana Tuhan buat hidup gw, sulit dan mungkin lama buat taunya, tapi pasti Tuhan punya rencana dalam hidup gw.

-Erwin Tjendrawan


(Collected by: JO)