Jumat, 30 Oktober 2009

PETAK UMPET DAN PADANG GURUN

Ditemukan oleh Allah di dalam petak umpet & Menemukan Allah di gersangnya Padang Gurun


Part 1.

Petak umpet

Petak umpet adalah permainan yang sederhana. Satu orang mencari, yang lain bersembunyi. Sesuai dengan namanya, permainan ini paling menyenangkan bagi mereka yang bersembunyi. Ketika kita bersembunyi, kita memilih ke mana kita pergi. Ketika kita bersembunyi, kita tetap bisa membuka mata kita. Mereka yang bersembunyi memegang kendali. Semua orang ingin bersembunyi.

Pekerjaan yang paling sulit adalah menjadi orang yang mencari. Si pencari dengan sengaja membiarkan mereka yang bersembunyi pergi menjauh. Si pencari menempatkan dirinya di posisi bersahaja untuk mencari dan terus mencari orang-orang yang secara sengaja menjauhi dan menertawakannya. Tidak ada seorang pun yang mau menjadi pencari.


Orang yang mencaripun bahkan tidak memiliki titel. Dalam permainan yang lain, pemain yang penting setidaknya memiliki nama yang bagus-pemain tengah, pelempar, penjaga gawang. Orang yang mencari secara sederhana disebut IT (dalam bahasa inggris IT adalah kata ganti ketiga tunggal untuk benda). Bukan kapten IT, bukan eksekutif kepala IT, hanya IT. Nyatanya, seruan yang memadai untuk memulai permainan tersebut secara sederhana adalah, ”Bukan IT.”


Siapa pun yang menjadi IT harus sangar sabar. IT akan mencari untuk waktu yang lama dan sukar. IT harus menghadapi pengelakan dan penipuan. Di akhir permainan jika seseorang terlalu pintar bersembunyi, IT akan meneriakkan kata-kata yang mengakhiri permainan. IT akan berteriak: ”Olly-olly-oxen-free!” Tidak ada seorangpun yang tahu dari mana nyanyian ini berasal dan apa arti sebenarnya (Mungkin dari bahasa latin, artinya, ”Bebaskan lembu jantan’?). Namun orang yang bersembunyi tahu artinya. Anda dapat pulang. Anda selamat. Anda tidak akan dikejar atau disakiti atau dihukum. Anda dapat kembali seperti anak yang hilang pulang ke rumah. Berhenti bersembunyi. Pulang. Ini adalah seruan anugerah.


Kisah Allah dan umat manusia adalah kisah permainan petak umpet. Hanya terkadang kita menjadi bingung siapa yang menjadi IT. Sebuah stiker bumper mobil yang sempat populer di beberapa kalangan gereja menyatakan, : Aku menemukannya ( I found it) Dalam pengertian teologis yang ketat, slogan tersebut terbalik. Yang benar adalah IA menemukanku (IT found me).


Dalam perjalanan rohani, sering kali sebagian dari kita merasa bahwa dirinya adalah si pencari. Kita bertanya membaca buku, menghadiri kelas-kelas, mencari kebenaran yang sering kali nampak sukar dipahami. Kita mencari Allah. Para penulis mempercayai ini: ”Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku, apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, ”Allah berkata.

Namun itu bukanlah keseluruhan cerita. Saya bukanlah hanya seorang pencari. Saya juga adalah orang yang bersembunyi. Anda juga, Penyembunyian adalah respon pertama dari kesadaran bahwa saya berdosa seperti ditulis oleh Francis Thompson dalam sebuah puisi berikut yang luar biasa,


”The Hound of Heaven”:


Aku meninggalkannya,

sepanjang malam dan sepanjang hari;

Aku meninggalkannya,

sepanjang jalan dalam tahun-tahun;

Aku meninggalkannya,

sepanjang jalan pikiranku yang membingungkan;

Dan di tengah kabut air mata

aku bersembunyi dariNya

Dan di tengah tawa pelarian.

Pada harapan-harapan yang tampak aku berlari…

Lari dari Kaki kuat yang mengikutiku,

Mengikuti di belakangku.

Namun dalam pengejaran yang tidak tergesa-gesa

Dengan langkah yang tak gentar,

Tenang, agung mulia,

Kaki-kaki itu berdentam-

dan sebuah Suara mengguruh

Lebih cepat dari Kaki-

“Semuanya mengkhianati engkau

yang telah mengkhianati-Ku!

Berhenti olehku langkah kaki itu;

Apakah kesuramanku, bagaimanapun juga,

Bayangan tangan-Nya, yang terulur lembut membelai?

”Ah, tercinta, terbuta, terlemah,

Akulah Dia yang kau cari
Engkau merindukan kasih dari-Ku

yang merindukan engkau.”


Kepada semua yang ingin bersembunyi, yang ingin dicari, yang bingung bila ditemukan, Allah telah berbicara melalui Yesus Kristus, ”Olly-olly oxen free, ” Allah berkata. Keluarlah, keluarlah di manapun engkau. Waktu untuk bersembunyi telah habis. Waktu untuk pulang ke rumah telah tiba. Tidak ada denda, tidak ada hukuman, tidak akan ditangkap, hanya pulanglah ke rumah. Percayailah Aku.”

Kepada semua yang telah terlalu pintar dan terlalu lama bersembunyi, Allah mengatakan, ” Ketemu, nak! Pulanglah”



Part 2.

Padang Gurun

Beginilah peristiwa selanjutnya yang terjadi setelah kita keluar dari persembunyian kita.

Ketika kita pertama kali menjadi seorang Kristen Allah sering memberi anugerah keinginan rohani yang murni. Anda memiliki nafsu yang besar untuk lebih mengenal Allah. Anda mendapati diri Anda rindu untuk berdoa. Anda ingin sekali membaca Alkitab, dan merasa seolah-olah Allah sedang berbicara langsung kepada Anda melaluinya. Anda mendapati diri Anda tidak ingin berdosa. Hal-hal yang biasanya menggoda tampaknya telah kehilangan pegangannya pada Anda. Hati Anda lembut terhadap Allah dan orang-orang.


Bagi kebanyakan kita hidup tidak berjalan lurus seperti itu. Sesuatu yang tadinya mudah, sederhana, dan menyenangkan sekarang telah berubah menadi sulit dan menguras tenaga. Anda mendapati diri Anda tidak ingin berdoa. Anda tidak berdoa sesering dulu, dan ketika melakukannya Anda kehilangan rasa menyenangkan yang dulu. Sulit untuk merasakan kehadiran Allah. Alkitab terasa menjemukan. Anda mendapati diri Anda dipenuhi keraguan dan kebingungan. Anda sedang mengalami kekeringan rohani. Anda memasuki padang gurun.


Namun justru dalam masa lembah seperti itulah dan bukan pada masa puncak, ciptaanNya akan bertumbuh menjadi ciptaan yang Ia inginkan. Karena itulah doa-doa yang dinaikkan dalam keadaan kering adalah doa-doa yang paling menyenangkan hatiNya.


Akan menyenangkan bila padang gurun adalah pengalaman yang hanya terjadi satu kali seperti vaksinasi cacar atau dicabutnya gigi geraham bungsu. Namun padang gurun adalah tempat ke mana kita akan kembali dan kembali lagi. Padang gurun datang ketika kita kesepian atau lelah atau tergoda. Padang gurun adalah tempat di mana Anda belajar taat ketika taat bukan lagi merupakan hal yang mudah. Padang gurun adalah tempat di mana saya belajar untuk mengharapkan dan merasakan kasih Allah. Padang gurun adalah tempat di mana kita belajar untuk menemukanNya.


Frederick Buechner menulis tentang bagaimana padang gurun dapat menjadi tempat bagi kasih Allah:


Ketika yang terburuk terjadi, atau hampir terjadi, suatu kedamaian datang. Aku telah berjalan melewati dukacita, melewati teror, semua, kecuali harapan, dan di sanalah di hutan belantara itu, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku melihat sesuatu yang menunjukkan seperti apa seharusnya mengasihi Allah dengan benar. Ini hanyalah pandangan sekilas, namun bagaikan menemukan oase di padang gurun secara kebetulan.. Aku mengasihiNya karena tidak ada apa-apa lagi yang tertinggal. Aku mengasihiNya karena tampaknya Ia telah membuat diriNya menjadi tak berdaya dalam kuasaNya sebagaimana aku dalam ketidak-berdayaanku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku mengerti seperti apa seharusnya mengasihi Allah dengan benar, untuk menyenangkan-Nya, mengasihiNya- tidak peduli apapun.”


-Dalam pencarian di padang gurun inilah kita belajar untuk mengasihiNya bukan hanya karena pemberianNya tetapi karena Siapa Dia sesungguhnya.-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar